Kutu Daun / Aphid yang sedang melahirkan anaknya |
Pada tanaman kentang, kutu daun lebih berperan sebagai pembawa virus daripada sebagai serangga hama.
Dampak serangan Kutu Daun:
Kutu Daun memberikan dampak serangan secara langsung. Gejala awal berupa bercak kering pada daun dan menyebabkan tanaman mengering, keriput, tumbuh kerdil, warna daun kekuningan, terpelintir, layu dan mati. Kutu biasanya berkelompok di bawah permukaan daun, menusuk dan menghisap cairan daun muda serta bagian tanaman yang masih muda (pucuk). Eksudat yang dikeluarkan kutu mengandung madu, sehingga mendorong tumbuhnya cendawan embun jelaga pada daun yang dapat menghambat proses fotosintesa. Kerugian yang ditimbulkan oleh kutu daun persik sebagai hama langsung maupun sebagai vektor virus dapat mencapai 25 – 90%.
Secara tidak langung, Kutu Daun merupakan vektor (hewan yang menjadi perantara menularnya (pembawa dan penyebar) penyakit) lebih dari 150 strain virus, terutama penyakit virus menggulung daun kentang. Inang lainnya selain kentang antara lain kubis, tomat, tembakau, petsai, sawi, terung, ketimun, buncis, semangka, jagung, jeruk, dan kacang – kacangan.
Morfologi/Bioekologi
Di Indonesia serangga ini tidak bertelur tetapi melahirkan nimfa (kutu daun muda/pradewasa). Kutu daun umumnya hidup dalam koloni pada bagian tanaman yang masih muda. Kutu daun tinggal pada bagian bawah daun, batang bunga, bakal bunga dan dalam lipatan daun yang keriting. Kerusakan terjadi karena nimfa dan imago mengisap cairan daun. Tubuh nimfa berwarna kuning pucat, hijau, merah jambu, atau merah yang biasanya bercampur di dalam suatu koloni dengan panjang tubuh instar terakhir 0,8 –1,0 mm. Fase dewasa kutu daun ada dua bentuk, yaitu bentuk bersayap/alatae dan bentuk tidak bersayap/apterae. Imago bersayap biasanya muncul kalau populasi sudah padat dan sumberdaya yang ada tidak mendukung lagi. Mereka berperan untuk melakukan pemencaran.
Tubuh imago bersayap berwarna hitam atau abu – abu gelap, sementara yang tidak bersayap berwarna merah, kuning atau hijau. Panjang tubuh 2 mm; pada fase dewasa kutu daun ini panjang antena = panjang tubuh. Tubuh imago tidak bersayap berwarna hijau keputihan, kuning hijau pucat, abu - abu hijau, agak hijau, merah atau hampir hitam. Warna tubuh hampir seragam dan tidak mengkilap. Imago bersayap memiliki bercak pada bagian punggunggnya, ukuran panjang tubuh antara 1,2 – 2,1 mm. Siklus hidup 7 – 10 hari, dan seekor kutu dapat menghasilkan keturunan 50 ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai 2 bulan.
Pencaran
Di dunia hama ini telah dilaporkan telah berada dibenua Asia, Afrika, Eropa, Oceania dan Amerika. DiIndonesia hama ini terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar